Paviljoen Surabaya, Resto dengan Nuansa Tempo dulu
Paviljoen Koffie Huis Surabaya— Usai menonton Film di Transmart Ngagel beberapa waktu lalu, aku dan Ajeng bergegas keluar, ingin mencari makan di Surabaya Pusat, tapi takdir berkata lain. Baru saja motor melaju dari pintu parkir, eh hujan mulai deras.Akhirnya aku mengajak Ajeng untuk berbelok Ke Jalan Dinoyo, ada sebuah tempat yang sebenarnya sudah cukup lama kuketahui, sering lewat situ namun belum sempat mampir. Paviljoen Surabaya begitu papan yang terpampang di pinggir jalan. Kalau teman-teman mencari restoran bergaya tempo dulu, mungkin Paviljoen Koffi Huis ini bisa jadi salah satu daftarnya.
Nampak sepi saat motorku berbelok masuk halaman yang luas. Ternyata bangunan utamanya sedikit menjorok ke dalam.
Interior dan Suasana PavilJoen Surabaya
Sekilas dari pinggir jalan Dinoyo, siapapun tak akan menyangka kalau tempat ini adalah sebuah cafe dan restoran jika tidak ada papapn penunjuk. Dulu kukira hanya rumah tinggal biasa.
Nampak dari luar, terdapat beberapa bangku dan meja dengan tutup kanopi. Ada dua mobil klasik yang diletakkan di luar sehingga menambah nilai jaman dulunya.
Interior resto outdoor dilengkapi dengan beberapa Spot yang bisa dijadikan latar berfoto yang instagramable. Pengejar konten pasti senang datang ke tempat seperti ini.
Sebelum memasuki bangunan resto yang lebih cocok disebut rumah, di teras terdapat kursi dan meja tipe lama, kalau teman-teman memilih duduk di situ, serasa makan di rumah nenek atau kakek. Bangunan ini dominan memiliki cat berwarna tosca dan putih.
Sayangnya, aku ke sana sewaktu hujan deras, jadi tidak bisa banyak eksplore bagian outdoor.
Interior dalam ruangan
Memasuki ruang dalam, aku memilih duduk di ruangan paling depan yang searah dengan meja kasir. Suasana nampak temaram dengan lampu kuning. Hujan di luar yang cukup deras ditambah dengan paparan AC membuatku sedikit kedinginan.
Pandanganku menyapu sekeliling. Dan aku cukup menyukai tempat ini. Cukup tenang, tak banyak pengunjung. Mungkin karena kami datang masih sore.
Beberapa barang antik, klasik dan vintage diletakkan di setiap sudut ruangan. Baiklah mari kita ulas satu persatu.
- Jendela Besar dan lebar dilengkapi dengan tetalis besi
- Lampu kuning dengan plafon bercat tosca
- Di sudut dinding terdapat poster-poster iklan produk jaman dulu yang digantung dalam bingkai-bingkai
- Di sudut lain terdapat foto-foto musisi luar negeri circa 1900an.
- Di dinding-dindingya terdapat barang-barang jadul. Ada pula telepon koin jaman dulu.
- Di bagian kasir terdapat dua lemari kayu di sisi kanannya yang berisi buku-buku dan kaset tape (kaset pita)
- Selain di ruang depan, masuk ke dalam terdapat ruangan lagi yang juga berisi koleksi benda-benda jadul di setiap sisinya.
Ciri khas bangunan gaya Eropa seperti jendela masih dipertahankan. Sama seperti ketika berkunjung ke Museum de Javasche Bank Surabaya, yang juga memiliki jendela lebar.
Ditemani lagu kenangan
Tak hanya dibawa ke masa lalu seperti berada di rumah nenek dengan ambience jadulnya, tempat ini cukup tenang. Suara kendaraan bermotor tidak terlalu terdengar karena tempatnya menjorok ke dalam.
Sepanjang jalan kenangan… kita selalu bergandeng tangan..
Sepanjang jalan kenangan. Kau peluk diriku mesra..
Hujan yang rintik-rintik.. Di awal bulan itu..
Lagu sepanjang jalan kenangan mengalun dari tape dan ampli jadul. Iya lagunya yang diputar menggunakan tape dan ampli. Mirip dengan ampli kesayangan bapak di rumah. Kebetulan saat itu juga hujan dan sangat mendukung dengan nuansa di resto ini. Sayangnya saya ke sini sama Ajeng, bukan sama anu..
Baca juga:
Bermain Air di Pulau Pasir Pantai Kenjeran Surabaya
Pertama Kali Mencicipi Soto Taoto Pekalongan
Mengenal Limun Oriental, softdrink Jadul Asal Pekalongan
Menu dan Makanan di Paviljoen Surabaya
Tak lama setelah kami duduk, seorang pramusaji mengantarkan menu makanan dan sebuah kertas.
Buku Menu dikonsep vintage dengan nuansa warna cokelat, setiap menunya ditulis dengan ejaan lama. Harga makanan yang cukup bervariasi di bawah 50.000 Aku sempat mengambil foto tampilan menunya berikut ini.
Hari itu, semua pegawai yang melayani kami kompak mengenakan kebaya kutubaru berwarna merah. Sembari menunggu pesanan datang, aku dan Ajeng mengambil foto di setiap sudutnya.
Aku memesan tempe, ampela dan ayam bakar. Sekitar 20 menit menunggu pesanan kami datang.
Overall, makanan di tempat ini enak. Daging ayam yang digunakan merupakan daging ayam manis dengan bumbu bakaran yang manis. Hanya ada satu yang kurang, yaitu porsinya kurang banyak. Hahha…
Untuk harga makanan yang kami pesan:
Ajam Bakar 23.000
Tempe penJet 12.000
Ati ampela 4000
Ijs Lemon tea 14.000
IJs Teh Manis 10.000
Harga di atas exclude pajak 15%
Oiya, di Resto Klasik jalan Dinoyo ini juga menyediakan minuman Bir Pletok. Ada yang sudah tau? Meski namanya Bir, minuman ini nggak bikin mabuk. Haha, Bir Pletok merupakan minuman yang terbuat dari rempah-rempah seperti jahe,Serai, secang, dan kapulaga.
Tertarik untuk datang ke sini? Jangan lupa untuk mengabadikan setiap sudutnya yang menarik yaa..
Paviljoen
Jln Dinoyo No 130 (searah dengan Suzanna Bakery)
Surabaya
Instagram: @paviljoen_surabaya
Ya ampuuuuuun salut Ama designer layout-nya, niaaaat banget :D. Vintagenya dapet, dan ga nanggung2 Ampe ke hiasan di dinding, laku dan buku menu :D. Hrs aku dtgin pas ke Surabaya nanti mba..
Surabaya itu aku seneng kalo ksana. Krn kulinernya pedes2 ,sesuai Ama kesukaan lidahku :D.